LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA
UJI VITAMIN
C SEBAGAI OKSIDASI
SARAS
ARIYATI DEWI
XJ
28
SMA
NEGERI 1 KARTASURA
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
A.TUJUAN
Menguji
peran vitamin C sebagai
antioksidan dalam menghambat
oksidasi terhadap daging
buah apel.
B.ALAT DAN BAHAN
~ALAT :
1.Pisau
2.Gelas
3.Sendok plastik
4.Piring plastik
5.Serbet
~BAHAN :
1.Apel
2.Jus jeruk
3.Vitamin C
4.Air Suling
C.LANGKAH
KERJA
1.Buatlah tiga irisan buah apel.
2.Segera setelah diperoleh tiga buah irisan,lumuri
irisan yang pertama dengan larutan vitamin C,dan irisan yang kedua lumuri
dengan jus jeruk,sedangkan yang terakhir biarkan di piring plastik tanpa
dilumuri dengan larutan apapun.
3.Biarkan ketiga irisan buah apel tadi diudara
terbuka selama 30 menit.
4.Amati perubahan warna pada permukaan kedua irisan
apel tiap 5 menit dan catatlah hasil pengamatan kalian dalam table pengamatan.
D.DASAR TEORI
·
Apel
Apel adalah
buah pomaceous dengan ruang biji di dalamnya sementara bagian luarnya berdaging
dan berair. Selain vitamin A dan C, kalium, serat, air dan nutrisi lainnya,
apel mengandung enzim yang disebut “oksidase polifenol (PPO) atau tryosinase.”
Enzim inilah yang menyebabkan perubahan warna coklat pada apel. Ketika apel
diiris atau digigit dan dibiarkan beberapa saat, lama kelamaan akan berubah
menjadi berwarna coklat.Perubahan warna ini menunjukkan bahwa
zat kimia pada apel telah bereaksi dengan oksigen di udara yaitu enzim
PPO tersebut muncul dan bereaksi dengan oksigen sehingga mengoksidasi senyawa
fenolik yang dalam jaringan apel, o-kuinon. O-kuinon kemudian menghasilkan
produk-produk sekunder berwarna coklat yang merubah dari warna asli apel.
Dimana Oksidasi itu sendiri merupakan
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau
pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita.
·
Vitamin
C
Vitamin
C merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak sebagai percursor untuk membentuk warna coklat
nonenzimatik. Vitamin C ini banyak pada buah-buahan berwarna orange. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai
secara irreversible dengan membentuk suatu senyawa
diketogulonat (Winarno, 2004).
Vitamin
C disebut juga asam askorbat, adalah vitamin yang paling sederhana, mudah
berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Struktur kimianya
terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6),
karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam
dehidroaskorbat. Vitamin ini
merupakan fresh food vitamin karena
sumber utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar. Berbagai sumber nya adalah jeruk, brokoli, brussel sprout, kubis, dan
lobak (Linder, l992).
sumber utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar. Berbagai sumber nya adalah jeruk, brokoli, brussel sprout, kubis, dan
lobak (Linder, l992).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari
semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan
meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi dan juga kerja enzim.
Pendedahan oksigen, pemansan yang terlalu lama dengan adanya oksigen dan
pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makan (Deman, 1997).
·
Reaksi Pencoklatan
Reaksi
pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada sayuran dan
buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan pigmen warna.
Reaksi pencoklatan (browning) dapat dibedakan menjadi reaksi pencoklatan
enzimatis dan reaksi pencoklatan non-enzimatis. Pencoklatan enzimatik yang
melibatkan enzim polifenol oksidase ini membentuk melanin sehingga menyebabkan
warna coklat. Reaksi yang menyebabkan warna coklat ini merupakan suatu reaksi
kimia yang dikenal sebagai oksidatif enzimatik dengan oksigen sebagai
katalisator dalam reaksi tersebut. Jadi reaksi pencoklatan enzimatik ini
membutuhkan tiga agen utama yaitu oksigen (dibantu katalis Cu+), enzim
(polifenolase/ PPO) serta komponen fenolik (Zulfahnur, 2009).
Apel
mengandung enzim yang disebut oksidase polifenol (PPO) atau tryosinase. Enzim
inilah yang bertanggung jawab atas warna coklat apel. Ketika apel diiris. enzim
tersebut muncul dan bereaksi dengan oksigen sehingga mengoksidasi senyawa
fenolik yang dalam jaringan apel, o-kuinon. O-kuinon kemudian menghasilkan
produk-produk sekunder berwarna coklat yang merubah dari warna asli apel
(Mamanoenk, 2011). Selain warna, tekstur
buah apel juga akan mengalami. Perubahan akan berlangsung cepat pada suhu ruang
diikuti suhu fluktuasi sedangkan pada suhu dingin stabil perubahan berjalan
lambat sehingga cepat mengalami pelunakan dan pengeriputan (Sugiar, 2012).
Warna
dan tekstur, buah apel juga sering mengalami
kerusakan fisiologis yang merupakan kerusakan yang disebakan oleh
reaksi-reaksi yang dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja
dalam reaksi katabolik (pembongkaran). Adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan busuk (Anonim, 2010a).
reaksi-reaksi yang dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja
dalam reaksi katabolik (pembongkaran). Adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan busuk (Anonim, 2010a).
Reaksi pencoklatan non enzimatik menurut
Nofita Sari (2012) terdiri dari tiga macam yaitu :
1. Reaksi
Karamelisasi
Karamelisasi merupakan proses pencoklatannon
enzimatis yang disebabkan oleh pemanasan gula yang melampaui titik leburnya.
Misal pada suhu diatas 170˚C dan dihasilkan lelehan gula berwarna coklat.
Contohnya gula caramel sering digunakan dalam bahan pemberi citarasa pada
makanan.
2. Reaksi
Maillard
Reaksi Maillard adalah reaksi pencoklatan non
enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan
gugus amin bebas dari asam amino atau protein. Reaksi ini banyak terjadi pada produk
pangan yang banyak dikonsumsi sehari–hari. Reaksi Maillard dalam makanan
dapat berfungsi untuk menghasilkan flavor dan aroma, dapat menyebabkan
kehilangan ketersediaan asam amino, kehilangan nilai gizi, pembentukan
antinutrisi, pembentukan komponen toksik dan komponen mutagenik.
3. Proses
Pencoklatan Akibat Vitamin C
Vitamin C merupakan suatu senyawa reduktor dan juga
dapat bertindak sebagai perkursor untuk pembentukan warna coklat non-enzimatis.
Asam-asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam,cincinlakton asam
de-hidroaskorbat terurai secara irreversile dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat dan kemudain berlangsunglah reaksi Maillard dan proses pencoklatan.
de-hidroaskorbat terurai secara irreversile dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat dan kemudain berlangsunglah reaksi Maillard dan proses pencoklatan.
E.DATA PENGAMATAN
TABEL
NO
|
Waktu
|
PERUBAHAN WARNA
|
||
Vitamin C
Murni
|
Tanpa Vitamin
C
|
Vitamin C
dan Jus Jeruk
|
||
1
|
Masih
segar seperti semula.
|
Mulai
muncul bintik kecoklatan.
|
Masih
segar seperti semula.
|
|
2
|
Warna
hijau semakin terang.
|
Makin
banyak bintik coklat.
|
Masih
tetap segar.
|
|
3
|
Warna
hiaju tambah terang.
|
Bintik
coklatnya semakin rata.
|
Masih
tetap segar.
|
|
4
|
Warna
semakin hijau dan masih segar.
|
Warnanya
semakin coklat.
|
Masih
tetap segar.
|
|
5
|
Warna
semakin bertambah hijau dan tetap segar.
|
Warna
coklat semakin pekat.
|
Mulai
kecoklatan.
|
|
6
|
Warnanya
semakin bertambah hijau dan masih tetap segar.
|
Warna
mulai berubah menjadi coklat tapi tidak merata.
|
Warna
daging buah mulai kecoklatan.
|
GAMBAR
F.KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan uji vitamin C sebagai
antioksidan dalam menghambat oksidasi terhadap daging buah apel dapat
disimpulkan bahwa daging buah apel mengalami perubahan warna dari menit ke
menit.Yang pertama daging buah apel tanpa vitamin C lebih cepat mengalami
oksidasi karena dibiarkan begitu saja ditempat terbuka,hal itu yang membuat
daging buah apel berwarna kecoklatan setelah 30 menit pengamatan.Kedua daging
buah apel yang dilumuri jus jeruk relatif lambat mengalami oksidasi,warna
kecoklatan muncul setelah menit ke-25.Dan yang terakhir daging buah apel yang
dilumuri vitamin C murni sulit untuk mengalami oksidasi,terbukti dari warna
daging buah yang masih tetap segar dan tampak hijau selama proses
pengamatan.Jadi terbukti bahwa vitamin C dapat menghambat proses oksidasi.
G.PERTANYAAN
1.Berdasarkan
hasil percobaan,berapa lamakah waktu yang dibutuhkan hingga warna daging buah
apel pada irisan yang diberi larutan vitamin C berubah berwarna coklat?
Jawab: Daging buah apel yang dilumuri
vitamin C dari jus jeruk mulai muncul warna kecoklatan pada menit
ke-25,sedangkan daging buah apel yang dilumuri vitamin C murni selama proses
pengamatan tidak mengalami oksidasi,tidak muncul warna kecoklatan sedikutpun
dan warnanya semakin hijau dan kelihatan masih segar bugar.
2.Bagaimana cara zat antioksidan menghambat terjadinya oksidan pada permukaan buah? Carilah 3 antioksidan selain vitamin yang biasa terdapat dalam makanan !
Jawab :
v Cara zat
antioksidan menghambat terjadinya oksidan pada permukaan buah
Pengurangan
oksigen (O2) atau penggunaan antioksidan, misalnya vitamin C ataupun
senyawa sulfit. Antioksidan dapat mencegah oksidasi komponen-komponen fenolat
menjadi quinon berwarna gelap. Sulfit dapat menghambat enzim fenolase pada
konsentrasi satu ppm secara langsung atau mereduksi hasil oksidasi quinon
menjadi bentuk fenolat sebelumnya, sedangkan penggunaan vitamin C dapat
mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi (o-quinon) menjadi senyawa
fenolat (o-difenol) tak berwarna. Asam askorbat selanjutnya dioksidasi menjadi
asam dehidroaskorbat. Ketika vitamin C habis, komponen berwarna akan terbentuk
sebagai hasil reaksi polimerisasi dan menjadi produk antara yang irreversibel.
Jadi produk berwama hanya akan terjadi jika vitamin C yang ada habis dioksidasi
dan quinon terpolimerisasi.
v 3 antioksidan
selain vitamin yang biasa terdapat dalam makanan
1.Pemanasan untuk menginaktivasi enzim-enzim. Enzim
umumnya bereaksi optimum pada suhu 30-40ºC. Pada suhu 45ºC enzim mulai
terdenaturasi dan pada suhu 60ºC mengalami dekomposisi.
2.Penambahan
sulfit. Larutan sulfit bertujuan untuk mencegah terjadinya browning secara
enzimatis maupun non enzimatis, selain itu juga sulfit berperan sebagai
pengawet. Pada browning non enzimatis, sulfit dapat berinteraksi dengan gugus
karbonil yang mungkin ada pada bahan. Hasil reaksi tersebut akan mengikat
melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sedangkan pada browning
enzimatis, sulfit akan mereduksi ikatan disulfida pada enzim, sehingga enzim
tidak dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenolik penyebab browning. Sulfit
merupakan racun bagi enzim, dengan menghambat kerja enzim esensial. Sulfit akan
mereduksi ikatan disulfida enzim mikroorganisme, sehingga aktivitas enzim
tersebut akan terhambat. Dengan terhambatnya aktivitas enzim, maka mikroorganisme
tidak dapat melakukan metabolisme dan akhirnya akan mati. Sulfit akan lebih
efektif dalam bentuk yang bebas atau tidak terdisosiasi, sehingga sebelum
digunakan sulfit dipanaskan terlebih dahulu. Selain itu, sulfit yang tidak
terdisosiasi akan lebih terbentuk pada pH rendah (2,5 – 4), dan pada pembuatan
manisan bengkoang ini, pH rendah atau suasana asam diperoleh dari penambahan
asam sitrat.
3. Mengkontrol
reaksi browning enzimatis dengan menambahkan enzim mometiltransferase sebagai
penginduksi.
Kakak,saya mau tanya. kenapa kalau kita bikin jus jeruk lama kelamaan sari buah sama ekstraknya memisah ?
BalasHapus